Jumat, 18 November 2011

PERANAN DAN FUNGSI PEMBIMBING

A.    FUNGSI PEMBIMBING
1.      Penyebar Pengetahuan
Pendidik sebagai penyebar pengetahuan berfungsi untuk menyampaikan pengetahuan ataupun informasi kepada peserta didik. Dalam hal ini sebagai penyebar pengetahuan, maka pendidik lebih berupaya untuk mentransfer pengetahuan peserta didik.

2.      Pelatih Keterampilan
Pendidik sebagai pelatih keterampilan berfungsi memberikan latihan-latihan keterampilan kepada peserta didik. Keterampilan yang diberikan kepada peserta didik adalah keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan akan keterampilan yang dirasakan oleh peserta didik. Sehingga dengan demikian kegiatan tersebut benar-benar diminati dan berhubungan langsung dengan masalah-masalah kehidupan yang dirasakan oleh peserta didik.

3.      Perancang Pengalaman Belajar
Sebagai perancang pengalaman belajar pendidik berfungsi sebagai pengembang model rancang dengan menyertakan pemilihan lapangan masalah yang telah dikenal oleh peserta didik, melalui prosedur diagnosis diri dan memilih format yang sesuai (individu, kelompok, kegiatan massa) untuk belajar. Dengan demikian, pendidik menciptakan situasi yang memungkinkan anggota kelompok mendapatkan pengalaman baru atau membantu peserta didik menata pengalamannya di masa lampau dengan cara baru, sehingga timbul kesempatan untuk mengubah perilaku.

B.     PERANAN PEMBIMBING
Dalam membelajarkan orang dewasa, seorang pendidik tepat dikatakan sebagai pembimbing, karena pembimbing itu lebih mengutamakan kegiatan belajar pada keaktifan peserta didik. Pendidik lebih banyak membimbing peserta didik dalam kegiatan pendidikan orang dewasa. Beberapa peran pembimbing, diantaranya:
1.      Sebagai Pamong Belajar
Pamong belajar berarti orientasi pembelajaran berpusat pada peserta didik (learner centered), akan tetapi ini tidak berarti bahwa di dalam penerapan proses pembelajaran sesuai dengan segala keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pendidik mempunyai tanggungjawab menyediakan suatu pola kegiatanbelajar, dimana pendidik mempunyai dua peran, yaitu:
~              Pamong bertindak sebagai warga kelompok belajar, dan
~              Pamong bertindak sebagai pemimpin kelompok belajar yang dilakukannya secara luwes.

Tugas pendidik dalam peranannya sebagai pemimpin kegiatan belajar antara lain ialah melakukan motivasi terhadap peserta didik, sehingga menumbuhkan partisipasi secara maksimal dalam diri peserta didik. Pendidik juga melakukan penjelasan atau memperjelas tujuan belajar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Kemudian pendidik juga merancang sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu menelaah sendiri alternatif-alternatif pemecahan masalah. Peranan pendidik ialah sebagai pengatur dan menciptakan suasana yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan pemikiran dan tindakannya sesuai dengan hasil pemikiran mereka. Di samping itu, pendidik berperan sebagai penunjuk jalan bagi peserta didik dan membekalinya dengan teknik-teknik belajar yang cocok bagi diri si pelajar.

2.      Sebagai Penyuluh
Istilah ini sering dipakai pada kegiatan penyuluhan kesehatan, pendidikan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh, yang artinya kegiatan yang dilakukan, sehinggan menjadikan seseorang/kelompok terang (memahami) informasi-informasi yang disampaikan penyuluh tersebut.
Penyuluhan adalah usaha yang dilakukan seseorang/kelompok kepada orang lain dalam rangka memberikan informasi, penjelasan sehingga orang lain tersebut menjadi paham tentang materi-materi yang disampaikan. Misalnya; dikalangan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana, pamong belajar dalam rangka melakukan penyuluhan tentang imunisasi, penimbangan bayi, dan lain-lain. Pada penyuluhan, penyuluh berfungsi sebagai orang yang aktif memberikan informasi, penjelasan kepada orang lain.

3.      Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang yang memberikan kesempatan kepada peserta didik atau memfasilitasi mereka sehingga mereka akan aktif mengarahkan diri sendiri. Contoh dalam membangkitkan peran serta peserta didik dalam mempelajari pesan-pesan pembangunan, digunakan permainan simulasi. Kegiatan belajarnya dilakukan melalui kelompok belajar. Untuk menggerakkan kegiatan belajar, permainan simulasi tersebut keberadaan dan berfungsi sebagai fasilitator.
Fasilitator warga masyarakat di desa/wilayah dimana ia tinggal, dilatih sebagai pemimpin kegiatan belajar pada kelompok belajar, permainan simulasi untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat. Fasilitator berfungsi menumbuhkan atau mendorong peserta permainan pada kejar.

4.      Sebagai Tutor
Pembelajaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan luar sekolah, misalnya program Paket A, B, dan C, dan dibimbing oleh seorang tutor. Sebagai pendidik , maka tutor memiliki peranan dan fungsi yang hampir bersamaan dengan peranan dan fungsi pada pendidikan sekolah (formal). Secara umum, tugas dan fungsi tutor adalah merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.



PERANAN DAN FUNGSI PEMBIMBING DALAM PENCIPTAAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF


A.    SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF
Dalam membelajarkan orang dewasa perlu diciptakan suasana kondusif bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran. Suasana yang kondusif tersebut akan tercipta dengan sendirinya jika suasana belajar membelajarkan berlangsung dalam situasi berikut ini:
1.      Tidak Mendominasi
Orang dewasa dalam kegiatan belajar tidak senang didiktekan oleh pendidiknya. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar orang dewasa, pendidik tidak boleh mendominasi kegiatan belajar. Pendidik lebih banyak memfasilitasi kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hal tersebut dikarenakan pendidik tidak lagi dianggap sebagai orang yang serba tahu segalanya, pendidik lebih banyak membimbing peserta didik, sehingga memudahkan berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dengan cara yang demikian, pada gilirannya peserta didik dapat menemukan dan mengarahkan dirinya sendiri. Begitu pula sebaliknya, peserta didik dalam kegiatan belajar juga tidak boleh mendominasi dan menguasai kegiatan belajar, peserta didik juga harus memperhatikan peserta didik lainnya.

2.      Saling Menghormati
Dalam kegiatan belajar orang dewasa perlu dijaga agar selalu terpelihara suasana hormat menghormati antara sesama peserta didik dan antar peserta didik dengan pendidik. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat dalam pembelajaran orang dewasa harus saling menghormati antara satu dengan yang lainnya. Seorang akan merasa dihormati bila ada orang lain menghormatinya. Dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa hormat menghormati sangat penting artinya. Perilaku yang demikian dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa akan menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik yang pada gilirannya akan menimbulkan keyakinan akan kemampuan serta harga diri. Jadi, dalam kegiatan belajar orang dewasa sangat perlu dipelihara adanya saling menghormati baik antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan pendidik.

3.      Saling Menghargai
Disamping saling menghormati, dalam kegiatan belajar orang dewasa perlu pula dijaga agar selalu terpelihara suasana saling menghargai anatar sesama peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik.Karena, setiap orang yang terlibat dalam pembelajaran orang dewasa harus saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.Seorang akan merasa dihargai jika ada orang lain menghargainya.Sama halnya dengan saling menghormati, dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa harga-menghargai sangat penting artinya.Selanjutnya, perilaku  demikian akan menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik yang pada gilirannya akan menimbulkan keyakinan akan kemampuan serta harga diri.Sehingga dalam kegiatan belajar orang dewasa-sama halnya dengan saling menghormati-sangat diperlukan terpeliharanya tindakan saling menghargai baik antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan pendidik.

4.      Saling Mempercayai
Hal yang lain paling krusial dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa adalah adanya saling mempercayai antara berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, teruatama sekali antara pendidik dengan peserta didik dan anatara sesama peserta didik. Kepercayaan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik akan meningkatkan harga diri peserta didik, karena yang bersangkutan merasa”Diorangkan”.Sehubungan dengan itu, jika peserta didik menemukan sesuatu, mengemukakan sesuatu, atau mendapat suatu ide yang menurut peserta didik adalah sesuatu yang berharga, maka pendidik harus mencoba untuk menalar atau memahami sesuatu itu tanpa ada unsur kecurigaan. Hargai dan percayailah temuan atau ide peserta didik tersebut. Justru akan merugikan kegiatan belajar bila pendidik mencurigai temuan ide-ide yang dikemukakan oleh peserta didik.Begitu juga sebaliknya, pendidik harus mampu menanamkan kepercayaan peserta didik terhadap dirinya, kemudian menjaga dan memeliharanya. Sebab, sekali peserta didik kehilanghan kepercayaan, maka akan sulit untuk menumbuhkan kembali.

5.      Menemukan dan Memecahkan Masalah Sendiri
Dalam bimbingan yang diberikan  kepada peserta didik yang terdiri dari orang dewasa, maka pendidik diharapkan tidak terhanyut dengan suasana “keguruan“yang selalu terpancing oleh keinginan untuk memberi tahu dan menunjukkan.Dalam kegiatan pembelajaran, biarkan lah peserta didik bereksplorasi, sehingga dengan sendirinya mereka dapat menemukan sendiri pemecahan masalah yang dihadapinya.Sebab, seharusnya dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, pendidik lebih bersifat sebagai penunjuk jalan, atau paling tinggi memberikan kemungkinan-kemungkinan atau alternatif,keputusan terakhir haruslah tetap beradaditangan peserta didik. Sebab, pada dasarnya yang akan menentukan nasib seseorang itu adalah dirinya sendiri. Tidak ada gunanya paksaan dari seseorang untuk mengikuti apa yang disampaikan orang lain.Pada akhirnya yang bersangkutan jugalah yang menentukan nasibnya berdasarkan upayanya sendiri.Oleh karena itu, suasana menemukan atau memecahkan permasalahan sendiri perlu ditumbuhkembangkan dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa.

6.      Tidak Mengancam
Orang dewasa menganut sistem nilai yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.Oleh karena itu, masing-masing akan mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda pula. Perbedaan-perbedaan tersebut akan saling memperkaya antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, jika masing-masingnya dapat mengemukakan pendapat, isi hati, dan pikiran masing-masing tanpa rasa takut-walaupun mereka saling mengetahui adanya perbedaan antara mereka dan bahkan antara mereka(peserta didik) dengan pendidik. Peserta didik harus diyakinkan bahwa dalam kegiatan belajar boleh berbeda dab berbuat salah tanpa adanya rasa terancam, misalnya dianggap tidak becus oleh pendidik, diberhentikan dalam kegiatan belajar, cemoohan, baik oleh peserta didik yang lain, apa lagi oleh pendidik.

7.      Keterbukaan
Semua orang yang terlibat dalam pembelajaran orang dewasa perlu menyadari pentingnya memelihara suasana keterbukaan, terutama sekali pendidik dan peserta didik. Keterbukaan tersebut dalam bentuk keterbukaan dalam mengungkapkan diri sendiri serta terbuka untuk mendengarkan dan memahami orang lain dari sisi orang lain itu sendiri.Sehingga tiap warga belajar tidak merasa risih untuk berterus terang, misalnya ketika ada dianatara mereka tidak mengerti atau paham dengan masalah yang sedang dpelajari. Dalam suasan keterbukaan, sagala alternatif pemecahan masalah dapat digali dan wawasan peserta didik jadi terbuka dan luas. Meskipun demikian, keterbukaan tidak boleh mengakibatkan orang lain jadi tersudutkan, misalnya merasa dapat ejekan, hinaan, dan bahkan dipermalukan.

8.      Mengakui Kekhasan Pribadi
Sebagai pribadi yang unik, manusia belajar secara khas dan unik pula. Masing-masing diwarnai oleh tingkat kecerdasan sendiri, kepercayaan diri, dan perasaan masing-masing. Oleh karena itu tidak mungkin mengharapkan respon yang sama dari peserta didik terhadap objek belajar yang dihadapkan kepadanya. Oleh karena itu pendidik harus memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing peserta didik. Harus diakui bahwa masing-masing peserta didik adalah pribadi  yang khas(unik), oleh karena itu tidak boleh sama antara yang satu dengan yang lainnya.

9.      Membenarkan Perbedaan
Keseragaman adalah suatu hal yang membosankan. Adalah suatu yang menyulikan untuk mengakui hanya ada suatu kebenaran, hanya satu metode yang benar, dan hanya ada satu sikap yang benar dalam kehidupan ini. Tidak dapat tidak, harus diakui bahwa manusia diwarnai oleh latar belakang pendidikan(formal,informal dan non formal), latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lalu-masing-masing memberikan sumbangan yang sangat berarti karakteristik individu. Pengakuan terhadap perbedaan tersebut sangat menentukan efektivitas belajar orang dewasa-terutama jika perbedaan tersebut dianggap wajar dan bahkan bermanfaat bagi peningkatan kualitas belajar.

10.  Kebebasan untuk Berbuat
Orang dewasa akan belajar dengan baik jika kepada mereka diberi hak untuk berbuat salah. Dengan hak yang demikian akan menimbulkan keberanian dalam mencoba prilaku baru,sikap baru, dan mau mencobakan pengetahuan baru.Hak yang demikian perlu diberikan menhgingat bahwa segala sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan.Sedangkan kesalahan dan kekeliruan adalah bagian yang wajar dari suatu kegiatan belajar.

11.  Membolehkan Keraguan
Orang dewasa yang berkumpul bersama untuk belajar sering kali menghasilkan beberapa alternatif, menghasilkan beberapa teori, tidak jarang kesemua itu  tampak sama baiknya atau sama buruknya.Oleh karena itu, pemaksaan untuk menerima salah satu sebagai suatu yang paling tepat atau yang paling benar akan menghambat proses pembelajaran.Biarkan peserta didik untuk ragu trhadap[ suatu keadaan dalam jangka waktu yang cukup, sehingga pada akhirnya sampai kepada keputusan akhir yang memuaskan mereka, tanpa keterpaksaan.

12.  Evaluasi Bersama dan Sendiri
Berbeda dengan pendidikan anak(formal), evaluasi hasil belajar lebih banyak dilakukan oleh orang lain, terutama sekali pada guru. Guru mengevaluasi sejauh mana murid menguasai materi pembelajaran tertentu. Lain halnya terhadap pendidikan orang dewasa, evaluasi dilakukan oleh peserta didik sendiri, mereka menilai sendiri hasil yang mereka peroleh. Evaluasi lebih diarahkan kepada evaluasi diri. Selain itu, evaluasi juga dilakukan secara bersama. Dalam kelompok, peserta didik secara bersama menilai apakah mereka paham dengan kegiatan-kegiuatan yang mereka lakukan serta apa manfaat yang telah dan akan mereka peroleh.Melalui evaluasi bersama dan evaluasi diri diketahuilah kelebihan dan kekurangan masing-masing.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR ORANG DEWASA

A.    Faktor psikologis
Tingkah laku dalam proses mengingat, menyimpan, menginterprestasikan respon, menanggapi, faktor psikologis ikut mempengaruhi orang dewasa dalam belajar.Menurut Tom dik yang dideskripsikan oleh Mulok tahun 1953 mengatakan bahwa gejala-gelaja psikologis yang disebutkan di atas mengalami penurunan pada orang dewasa terutama pada POD pertengahan(setengah baya dan orang manula).
Semua aspek psikologis tersebut diatas mempengaruhi kegiatan belajar.Seandainya orang dewasa mengalami keterlambatan menangkap suatu ide yang disampaikan atau ide-ide baru, hal tersebut merupakan kewajaran.Dalam hal ini dibutuhkan pemahaman dan kesadaran pendidik akan berbagai kondisi yang seperti disebutkan di atas.

B.     Faktor fisiologis
Ini merupakan faktor yang menyangkut kondisi fisik dan jasmani orang dewasa. Lunandi 1981 mengemukakan kelemahan kondisi fisik yang dialami oleh orang dewasa yang sudah lanjut usia seperti pendengaran, pengliatan dan sering sakit fisik lainnya.
Kondisi fisik tersebut makin menurun seiring bertambahnya usia.Faktor yang bersifat fisik ini perlu di pahami oleh pendidik atau tutor yang senantiasa berhubungan dengan orang dewasa.

C.    Faktor sosiologis
Pada umumnya orang dewasa telah menduduki peran tertentu di dalam masyarakat. Seseorang dalam rumah tangga mungkin berperan sebagai kepala keluarga, dikantornya mungkin sebagai kepala biro dan kepala bagian. Selanjutnya, di masyarakat boleh menjadi ketua RT, dibidang agama sebagai imam atau khatib.Dengan kata lain tidak jarang orang dewasa mempunyai jabatan ganda.Kegandaan jabatan itu juga menyita waktunya untuk berbagai kegiatan. Berdasarkan kondisi kegandaan peran tersebut jika tutor pembimbing orang dewasa menganjurkannya untuk melakukan suatu tugas dalam belajar, sadarilah bahwa tugas orang dewasa itu cukup ganda.
Sehubungan dengan itu, mungkin saja tugas yang diberikan tutor ada yang terundur, tetapi perlu diingat dan diyakini bahwa orang dewasa itu mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diterimanya, oleh sebab itu si tutor harus memberikan kesempatan bagi orang dewasa untuk mengatur dirinya sendiri karena dialah yang paling tahu tentang proaritas kerja yang dilaksanakannya.

D.    Faktor cultural
Sesungguhnya suatu kebudayaan yang secara mutlak statis apalagi mundur, tidak mengalami perubahan. Sekurang kurangnya sebagian unsur-unsurnya yang berubah jika tidak seluruhnya. Tidak ada kebudayaan yang tidak berubah. Berubahnya unsur kebudayaan tidak selalu bersamaan antara unsur yang satu dengan yang lainnya. Ada unsur yang cepat berubah, dan ada pula unsur yang lambat berubah, namun yang jelas perubahan tersebut tidak pernah terhenti sepanjang masa. Apalagi pada abad ke 20 ini perkembangan iptek demikian pesat dan merambah keseluruh di bidang kehidupan.
Perubahan kehidupan terjadi karena adanya penemuan baru dari luar maupun lingkungan masyarakat itu sendiri.Kebudayaan baru baik yang bersifat material seperti peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasidan yang bersifat non material seperti paham atau konsep baru tentang KB, budaya menabung, penghargaan terhadap waktu dan lain-lain.

Keterbelakangan budaya terjadi karena:
Ø  Tempat tinggal masyarakat yang terpencil.
Ø  Penolakan masyarakat terhadap datangnya budaya baru karena tidak dipahami atau di kawatirkan akan merusak sendi kehidupan di dalam masyarakat yang sudah ada.
Ø  Keterbelakangan budaya umumnya di alami oleh masyarakat daerah terpencil, masyarakat yang tidak mampu secra ekonomis, dan masyarakat yang kurang terdidik.Persoalannya ialah bahwa sekelompok masyarakat yang terbelakang kebudayaannya  tidak ikut berpartisipasi dalam pembangunan, sebab mereka masih dihimpit oleh berbagai persoalan hidup sehingga kurang memikliki dorongan untuk maju dan berkembang.
Ø  Keterbelakangan budaya dengan sendirinya dialami oleh orang dewasa yang berada di dalam masyarakat dan di daerah terpencil, kurang mampu secara ekonomis dan kurang terdidik karena mereka menganggap belajar itu tidak diperlukan.Mereka berfikiran belajar itu tidak ada nampaknya secara langsung dal;am kehidupannya.

E.     Faktor sosial ekonomi
Kekurang mampuan secara ekonomi umumnya juga dialami orang dewasa.Hal itu juga jadi penyebab kurangnya minat orang dewasa untuk belajar.Belajar dan memperoleh pendidikan memerlukan dana atau biaya.Sebagian besar penduduk dunia termasuk di Indonesia masih dalam kondisi ekonomi yang rendah . Penduduk yang tergolong wajib belajar saja masih banyak yang belum memperoleh pendidikan, apalagi mereka yang tergolong dewasa, masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan kondisi tersebut mana mungkin mereka sempat memikirkan masalah pendidikan dan belajar.