Jumat, 18 November 2011

MODEL-MODEL PEMOTIVASIAN ORANG DEWASA DALAM BELAJAR

A. ANALISA KEKUATAN MEDAN
            Model analisis kekuatan medan ini dikembangkan oleh Miller (1967). Model ini menggabungkan dua teori besar dalam psikologi, yaitu teori medan dan teori hierarki kebutuhan. Teori medan pertama kali dipelopori oleh Lewin (1951), sedangkan teori hierarki kebutuhan dipelopori oleh Maslow (1954). Untuk memahami teori analisis kekuatan medan, terutama diperlukan pemahaman kedua teori ini.
            Teori medan yang dikembangkan Miller menjelaskan bahwa kelas sosial menunjukkan tingkat pemenuhan kebutuhan. Menurut teori hierarki kebutuhan Maslow, maka tingkatan motivasi belajar masyarakat yang menentukan tingkat peran serta akan bergerak menurut kelas ekonomi yang dimiliki oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
            Menurut Maslow, orang tidak dapat tertarik atau memperdulikan kebutuhan lebih tinggi kecuali kebutuhan pada tingkat bawahnya sudah terpuaskan. Oleh karena sifatnya bertingkat dan kaku ini, maka teori yang dikembangkan oleh Maslow ini disebut teori hierarki kebutuhan.
            Dalam pendidikan masyarakat dapat diramalkan, bahwa anggota masyarakat berkelas sosial ekonomi rendah akan tertarik pada program-program belajar yang bersifat dasariah. Sebaliknya, warga masyarakat dengan kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi akan mencari program belajar yang menuju prestasi dan perwujudan diri.
            Secara teoritik,model ini mampu menjelaskan siapa yang butuh akan bahan belajar dalam pendidikan masyarakat. Pendidikan dasar, program belajar kejuruan dan sejenisnya akan menjadi kebutuhan bagi kelompok masyarakat berstatus sosial ekonomi rendah.

B. MODEL VALENSI HARAPAN
            Valensi harapan ini dikembangkan oleh Robinson, seorang pendidik berkebangsaan Swedia. Model paradigma valensi harapan bertolak dari psikologi mengenai motivasi sebagaimana dikaji oleh Lewin Folmen MC Celland dan Atkinson. Para pakar psikologi ini menjelaskan bahwa tingkah laku manusia terjadi dalam batas interaksi individu dengan lingkungannya. Kuatnya hasil yang merupakan hasil motivasi individu ditentukan oleh pengkombinasian antara kekuatan negative dengan kekuatan positif yang ada dalam diri individu dan lingkungannya.
            Bagian harapan dari rumusan Robinson ini terdiri dari dua komponen, yaitu
1. Harapan dari pribadi untuk berhasil dalam kegiatan pendidikan,
2. Harapan akan dampak lanjut dari keberhasilannya dalam kegiatan pendidikan tersebut.
      Hubungan antara keduanya bersifat saling menggandakan (multi playing). Bila salah satu harapan bernilai kosong, maka hasilnya pun kosong. Dengan demikian, meskipun individu memiliki harapan berhasil dalam pendidikan tinggi, kalau tidak diiringi dengan harapan untuk mendapatkan manfaat sebagai akibat dari keberhasilan dalam pendidikan, maka motivasinya pun akan tiada sama sekali. Sebaliknya, bila individu memiliki harapan untuk mendapatkan manfaat sebagai hasil belajar, tetapi tanpa diimbangi dengan harapan berhasil dalam pendidikan, maka motivasinya akan tiada sama sekali.

C. MODEL KESELARASAN
            Pengembang model keselarasan ini adalah Roger Bosshier (1973). Seperti halnya Robinson dan Miller, Bosshier meyakini bahwa motivasi untuk belajar merupakan fungsi interaksi antara faktor psikologik internal dengan variabel eksternal lingkungan atau sekurang-kurangnya persepsi partisipan dan penafsiran akan faktor lingkungan. Bosshier meneliti para peserta drop out dan orang yang tidak berpartisipasi dalam suatu kursus, kesimpulan teoritik adalah baik partisipasi pada pendidikan masyarakat maupun yang drop out dapat dipahami terjadinya suatu fungsi besarnya kesenjangan antara konsep diri partisipan dengan aspek kunci (pada sebagian orang) dalam lingkungan kependidikan. Orang-orang yang tidak berpartisipasi mewujudkan ketidakselarasannya (diri maupun lembaga) dan tentu tidak akan masuk dalam kegiatan. Semakin besar ketidaksesuaian/keselarasan tersebut akan diikuti dengan semakin besarnya angka drop out dan jumlah yang tidak berpartisipasi. Untuk menyederhanakan, bila seorang individu merasa tidak enak dengan dirinya sendiri, gurunya, teman belajarnya ataupun lingkungan kependidikan, maka jelas ia memiliki potensi untuk drop out. Rendahnya partisipasi dari kalangan rendah diakibatkan oleh ketidakselarasannya antara kehidupannya dengan lingkungan pendidikan yang utamanya banyak dari kalangan kelas sosial menengah.
            Simpulan teoritiknya adalah bahwa partisipasi pada pendidikan masyarakat maupun drop out dapat dipahami sebagai suatu fungsi besar kesenjangan antara konsep diri partisipan dengan aspek-aspek kunci pada sebagian besar orang dalam lingkungan kependidikan. Teori Bosshier ini menyarankan bahwa pemilihan yang sempurna akan lingkungan kependidikan bagi orang dewasa sangat penting. Lingkungan perlu diciptakan sedemikian rupa, misalnya tutor yang mampu memberikan perhatian kepada warga belajar, sehingga akan tercipta keselarasan antara tutuor dengan warga belajar.

D. ANTICIPATED BENEFITS
            Model ini dikemukakan oleh Allen Tough (1979), yang menyatakan bahwa belajar orang dewasa lebih mengarah pada self directing learning. Hal tersebut menunjukkan suatu keyakinan bahwa orang dewasa tidak hanya mengarahkan dirinya dalam belajar, melainkan juga memahami mengapa mereka berharap melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa hadir dalam suatu kegiatan belajar karena mereka mendapatkan gambaran ada keuntungan yang diperolehnya untuk masa yang akan datang melalui kegiatan belajar tersebut. Dengan demikian mereka melakukan analisis keuntungan (benefits analisis) yang mungkin diperolehnya dalam mengikuti kegiatan belajar.
      Model ini terdiri dari lima tahap dimana keuntungan diperkirakan bergerak secara umum melalui:
1.      menyibukkan dalam kegiatan belajar,
2.      mendapatkan pengetahuan atau keterampilan,
3.      menerapkan pengetahuan tersebut,
4.      mendapatkan suatu ganjaran material,
5.      mendapatkan ganjaran simbolik seperti kredit dan ijazah.
      Pada setiap tahap keuntungan yang diharapkan dapat dikelompokkan ke dalam tiga cluster perasaan pribadi, yakni:
1.      Kenyamanan (kegembiraan, kepuasan, kesenangan atau perasaan enak),
2.      Harga diri (percaya diri dan memelihara citra dirinya),
3.      Semakin tingginya penghargaan pada dirinya, kesenangan pada dirinya.


E. MODEL CHAIN OF RESPONSE
             Model ini mengasumsikan bahwa peran serta dalam kegiatan belajar, apakah dalam suatu kelas yang terorganisasi ataupun tidak, bukanlah merupakan tindakan yang tunggal, melainkan merupakan suatu hasil dari respon/tanggapan masing-masing didasarkan pada suatu penilaian akan suatu kedudukan individu dalam lingkungannya.
        Orang dewasa mengikuti kegiatan belajar termotivasi adanya respon dan warga belajar yang lebih dahulu mengikuti kegiatan belajar, dan menilai kegiatan belajar bermanfaat bagi dirinya dan hal itu menimbulkan respon pula bagi teman-temannya. Kemudian drop out atau tidaknya orang dewasa dalam mengikuti kegiatan belajar dipengaruhi oleh dukungan material dan mental dari orang-orang terdekat mereka, seperti suami, teman, saudara dan tetangga mereka.

1 komentar:

  1. AYOO SERBUU GAN MUMPUNG GRATIS DAN MURAH
    ADU BANTENG, Sabung Ayam, Sportbook, Poker, CEME, CAPSA, DOMINO, Casino
    Modal 20 rb, hasilkan jutaan rupiah
    Bonus 10% All Games Bolavada || Bonus Cashback 10% All Games Bolavada, Kecuali Poker ||
    FREEBET AND FREECHIP 2017 FOR ALL NEW MEMBER !!! Registrasi Sekarang dan Rasakan Sensasi nya!!! ONLY ON : BOLAVADA(dot)com
    BBM : D89CC515

    sabung ayam
    agen terpercaya
    bandar judi

    BalasHapus