BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Salah satu program pendidikan dalam masyarakat yang
paling efektif dilakukan adalah program pemberantasan buta aksara. Bagi mereka
yang telah tidak lagi buta aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tetapi
tidak melanjutkan, perlu disediakan suatu program agar dapat meningkatkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas wawasan sebagai bekal untuk
mengembangkan diri, bekerja, atau berusaha secara mandiri. Keberadaan program
pemberantasan buta aksara sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat.
Dengan demikian, sebagai sarana yang diharapkan dapat menjadi pembina dalam
kegiatan pemberantasan buta aksara dan dapat memanfaatkan makalah ini sebagai
sumber yang baik.
Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang
meliputi membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi secara fungsional yang
memungkinkan seseorang untuk secara terus-menerus mengembangkan kompetensinya
sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya. Sementara itu, yang
dimaksud dengan pendidikan keaksaraan adalah usaha untuk membimbing dan dan
membelajarkan pengetahuan mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi dirinya.
Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah tingginya tingkat warga
buta aksara yang disebabkan oleh kurangnya kesempatan belajar yang dapat
diperoleh karena tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, sehingga warga tidak
mampu memfasilitasi dirinya untuk belajar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui
secara terbuka bahwa dirinya buta huruf dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung (baca, tulis, dan berhitung).
Untuk memotivasi pembelajaran mereka, maka diperlukan suatu pendekatan yang
sesuai dengan karakter dan kultur yang ada dalam masyarakat agar tingkat buta
aksara dapat diperkecil.
C.
TUJUAN
Tujuan
yang ingin dicapai dengan adanya program pemberantasan buta aksara ini adalah
membangkitkan dan meningkatkan kemampuan warga belajar dalam membaca, menulis,
dan berhitung, sehingga tercipta masyarakat yang cerdas, menjadi sebuah program
kegiatan belajar masyarakat, dan mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru
dalam rangka pemberantasan buta aksara, sehingga mereka yang telah “melek huruf”
tidak menjadi buta aksara kembali.
D.
MANFAAT
Dalam
hal kemanfaatan, program pemberantasan buta aksara bermanfaat bagi masyarakat
dalam hal :
1.
Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca,
menulis, dan berhitung,
2.
Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi
masyarakat,
3.
Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri,
4.
Membantu pengembangan kecakapan membaca, menulis,
berhitung, dan berkomunikasi,
5.
Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta
6.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TINGKAT
KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Kegiatan
pembelajaran untuk warga belajar dilakukan juga seperti kegiatan pembelajaran
sekolah formal. Artinya, kegiatan pembelajarannya mengacu pada standar
kompetensi keaksaraan. Standar kompetensi keaksaraan fungsional dikembangkan
berdasarkan level atau tingkat kompetensi keaksaraan yang ingin dicapai oleh
warga belajar. Tingkat keaksaraan tersebut adalah:
1.
Tingkat
Keaksaraan Dasar
Ciri-ciri
warga belajar pada tingkat keaksaraan dasar adalah mereka yang belum mengenal
semua huruf, belum bisa merangkai kata dengan lancar, dan belum mengerti arti
sebuah kalimat dengan jelas. Meskipun mereka belum bisa menulis, membaca, atau
berhitung, tetapi mereka sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Tingkat
Keaksaraan Lanjutan
Pada
tingkat ini, mereka biasanya sudah dapat membaca dan menulis sederhana, tetapi
masih belum lancar. Walaupun mereka sudah memiliki pengetahuan, mereka belum
memiliki semua kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut karena mereka biasanya jarang menggunakan
keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dalam kehidupan sehari-harinya.
3.
Tingkat
Keaksaraan Mandiri
Pada
tingkat ini, warga belajar diharapkan sudah mempunyai sikap untuk terus belajar
secara mandiri. Mereka juga diharapkan dapat memecahkan masalah keaksaraan yang
dihadapi dan mencari informasi serta narasumber sendiri. Untuk mengembangkan
kemampuan tersebut, warga belajar perlu diberikan kesempatan untuk
menganalisis, memecahkan masalah, dan mencari informasi dan narasumber dari
lembaga desa atau instansi pemerintah yang ada.
B.
PRINSIP
PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Pendekatan
yang digunakan dalam keaksaraan fungsional mempunyai empat prinsip utama,
yaitu:
1.
Konteks
Lokal
Pembelajaran
keaksaraan fungsional ini dikembangkan berdasarkan konteks local. Artinya,
kegiatannya mengacu pada konteks sosial local dan kebutuhan khusus dari setiap
warga belajar dan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan alasan tersebut, pendidik
dan warga belajar perlu mengobservasi lingkungan sekitar mereka. Tujuannya
adalah untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang potensi,
masalah-masalah, dan sumber-sumber pemecahannya sesuai dengan situasi, kondisi,
dan pekerjaan warga belajar.
2.
Desain Lokal
Pendidik
dan warga belajar perlu merancang sendiri kegiatan belajarnya di kelompok
belajar berdasarkan minat, kebutuhan, masalah, kenyataan, dan potensi setempat.
Rancangan kegiatan belajarnya (kurikulum) harus fleksibel, mudah dimodifikasi,
diganti, dan ditambah sehingga sesuai dengan minat, kebutuhan, kesepakatan,
situasi dan kondisi warga belajar.
3.
Proses
Partisipatif
Perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pemberantasan buta aksara dengan
menggunakan pendekatan keaksaraan fungsional harus dilakukan berdasarkan
strategi partisipasif. Oleh sebab itu, tutor perlu melibatkan warga belajar
secara aktif dalam setiap tahap kegiatan pembelajaran di kelompok belajar.
4.
Fungsionalisasi
Hasil Belajar
Hasil
yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut adalah warga belajar dapat
memfungsikan keaksaraannya untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
Berikut
ini adalah beberapa contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional, di
antaranya warga belajar dapat:
a.
Memanfaatkan kemampuan bacanya untuk memperoleh
informasi dan ide-ide baru,
b.
Memanfaatkan keterampilan menulisnya untuk
menggambarkan pengalaman, peristiwa-peristiwa, kegiatan yang dilakukan, membuat
rencana, dan menulis proposal,
c.
Memanfaatkan keterampilan berhitungnya untuk mengatur
keuangan, menentukan batas, dan melakukan penghitungan-penghitungan yang
berkaitan dengan tugasnya sehari-hari, dan menghitung banyaknya sumber-sumber
atau masalah,
d.
Berdiskusi dan menganalisis masalah dan sumber-sumber,
atau potensi yang ada di lingkungannya,
e.
Mencoba ide-ide baru yang dipelajari dari bahan bacaan,
dapat menulis dengan benar, menganalisis dan berdiskusi, dan dapat melaksanakan
kegiatan belajarnya secara mandiri.
C.
TOLAK UKUR
KEBERHASILAN PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Program
keaksaraan fungsional bertujuan untuk membantu warga belajar mengembangkan
kemampuan fungsional yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka kemampuan minimal yang menjadi tolak ukur
keberhasilannya, meliputi hal-hal berikut ini.
1.
Kemampuan
Fungsional untuk Keperluan Individu
Kemampuan
fungsional ini berkaitan mendukung keperluan pribadi, seperti:
a.
Membaca dan menulis nama dan alamat,
b.
Menggunakan buku telepon,
c.
Menulis kuitansi,
d.
Mengisi formulir,
e.
Meningkatkan kemampuan tulisan tangan, dll.
2.
Kemampuan
Fungsional untuk Membantu Anak-anaknya
Kemampuan
fungsional ini berkaitan dengan keperluan membantu anak-anaknya, seperti:
a.
Membacakan suatu bahan bacaan sederhana kepada
anak-anak/cucu,
b.
Membantu pekerjaan rumah (PR) anak-anaknya,
c.
Menuliskan surat untuk keperluan sekolah anak-anaknya,
d.
Berpartisipasi di sekolah yang berhubungan dengan
pertemuan-pertemuan dan acara lainnya,
e.
Membaca dan menulis catatan/surat dari dan untuk
sekolah.
3.
Kemampuan
Fungsional untuk Aktualisasi Diri
Kemampuan
membaca dan menulis fungsional yang harus dikuasai setiap warga belajar, antara
lain:
a.
Membaca buku hiburan (petualangan, misteri, roman,
sejarah, dan buku-buku tentang masyarakat),
b.
Membaca buku-buku untuk mendapatkan informasi (kisah
nyata, pekerjaan, anak-anak, kesehatan, agama, hobi, dll),
c.
Menulis untuk keperluan diri sendiri (seperti catatan
harian, pengalaman diri, nasihat, pendapat, laporan yang pernah dibacanya,
riwayat hidup, cerita-cerita, sajak, syair lagu).
4.
Kemampuan
Fungsional Berkaitan dengan Pekerjaan
Bahan
belajar yang dapat dimanfaatkan berkaitan dengan pekerjaan, misalnya:
a.
Bahan bacaan untuk meningkatkan pekerjaannya atau untuk
membuka usaha,
b.
Membaca dan menulis catatan-catatan atau surat dari dan
atau ke relasi kerja,
c.
Membaca atau menulis laporan pekerjaan, tabel,
pengumuman,
d.
Mengisi lembar permohonan, buku tabungan, kuitansi,
nota pembelian, kartu kebutuhan belajar,
e.
Partisipasi di dalam pertemuan yang berhubungan dengan
pekerjaan, catat-mencatat.
5.
Kemampuan
Fungsional Berkaitan dengan Sosial Kemasyarakatan
Kemampuan
fungsional ini berkaitan dengan aktifitas sosial kemasyarakatan, seperti:
a.
Membuat permohonan KTP,
b.
Membaca persetujuan/kontrak,
c.
Permohonan kartu perpustakaan,
d.
Ikut serta dalam pertemuan masyarakat/pertemuan agama,
e.
Ikut serta dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
6.
Kemampuan
Fungsional Berkaitan dengan Pendidikan
Kemampuan
fungsional ini, misalnya dilihat dari aktifitas warga belajar dalam kegiatan:
a.
Menghadiri program khusus/penyuluhan,
b.
Menghadiri pertemuan, guna mempelajari sesuatu yang
baru (hobi, peningkatan diri), dan
c.
Mengikuti tes sehubungan dengan pekerjaan.
7.
Kemampuan
Fungsional Berkaitan dengan Pengelolaan Kelompok Belajar
Beberapa
contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional ini, di antaranya warga
belajar dapat:
a.
Membuat rencana dan kesepakatan belajar,
b.
Menulis catatan harian tentang kegiatan yang dilakukan,
c.
Membuat pembukuan dan mengelola dana belajar,
d.
Menulis laporan sederhana,
e.
Mengikuti program kelompok belajar usaha (KBU),
f.
Menulis proposal untuk memperoleh dana, bahan, atau
narasumber dari instansi lain,
g.
Menulis berbagai formulir sederhana, seperti membuka rekening
di bank, mengirim uang melalui kantor pos,
h.
Melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha keterampilan.
D.
PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELOMPOK BELAJAR DAN STRATEGI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN
FUNGSIONAL
Efektifitas
kegiatan belajar sangat bergantung pada kemampuan pendidik dalam mengorganisasi
dan membimbing warga belajar dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman menunjukkan
bahwa kegiatan menulis perlu didahulukan daripada kegiatan membaca. Karena
melalui kegiatan belajar menulis, warga belajar sedikit demi sedikit langsung
belajar membaca. Sebaliknya, apabila mereka didahulukan belajar membaca, maka
cenderung kurang terampil dalam hal menulis.
Langkah-langkah
yang perlu dilakukan tutor dalam membelajarkan warga belajar adalah sebagai
berikut:
a. Tanyakanlah
perasaan warga belajar dan materi apa yang akan dipelajari pada hari itu.
b. Mintalah
warga belajar mengemukakan ide/gagasan, perasaan, pengalaman, atau masalah yang
dihadapinya.
c. Mintalah
warga belajar berdiskusi tentang salah satu topik untuk dibuat kesepakatan
bersama.
d. Apabila
telah disepakati, buatlah tabel kosong, peta buta, atau kalender kegiatan dan
mintalah semua warga belajar untuk mengisi tabel, peta, atau kalender kegiatan
tersebut.
e. Jika
topik yang dipilih adalah mengenai kegiatan sehari-hari, pengalaman, atau
tentang perasaan warga belajar, maka mintalah warga belajar yang bersangkutan
untuk mengemukakan dan menceritakan kembali, sedangkan warga belajar yang
lainnya menanggapi.
f. Mintalah
warga belajar yang menuliskan topik belajar tersebut untuk membacanya.
g. Kemudian,
mintalah kepada semua warga belajar membaca hasil tulisan tersebut, baik secara
bersama-sama maupun bergiliran.
h. Mintalah
mereka untuk mendiskusikan judul atau tema tulisan di atas, kemudian membuat
kesepakatan judul/tema.
i.
Mintalah kepada warga belajar untuk mengkritisi dan
memperbaiki ide/gagasan, ejaan, dan tanda baca.
j.
Mintalah warga belajar menulis pada buku masing-masing.
Untuk
memperjelas langkah-langkah kegiatan tersebut, berikut ini dikemukakan
contoh-contoh pembelajaran.
1.
Strategi
Pengelolaan Diskusi
Diskusi
merupakan salah satu metode pembelajaran efektif dalam program Keaksaraan
Fungsional (KF) yang harus diterapkan di kelompok belajar. Tujuan diskusi
adalah membuka pikiran warga belajar dalam mengumpulkan, menganalisis, dan
menggunakan pengetahuannya. Oleh karena itu, tutor perlu membantu warga belajar
dari pengalaman sendiri (BDPS) dan membantu terjadinya proses diskusi. Topik
yang harus pertama kali didiskusikan dalam kelompok belajar adalah menyangkut
minat, kebutuhan warga belajar, potensi, dan hambatan yang mungkin ditemui
selama proses kegiatan pembelajaran. Untuk keperluan tersebut, tutor perlu
merangsang warga belajar melalui pertanyaan yang tepat, guna membuka proses kegiatan
belajar-mengajar.
Sebagai
pembuka kegiatan di kelompok belajar, tutor dapat memilih teknik-teknik,
seperti peta, tabel, dan kalender kegiatan/jadwal. Melalui teknik-teknik
tersebut, tutor dapat mengumpulkan dan menganalisis informasi dari pengalaman
warga belajar.
Berikut
ini diberikan petunjuk teknik-teknik tersebut beserta contoh dan cara
penggunaannya.
Membuat Peta
Topik : Perekonomian (dapat diganti tergantung
kesepakatan dengan warga belajar)
Tujuan
: Membantu warga belajar mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan potensi yang
ada.
Petunjuk :
1) Sediakan
kertas kosong atau papan tulis beserta alat tulisnya.
2) Mintalah
warga belajar menuliskan atau menggambarkan apa yang diketahuinya di kertas
kosong atau papan tulis.
3) Diskusikanlah
bersama warga belajar tentang berbagai informasi di atas peta.
4) Untuk
mengorganisasikan informasi, putuskan lokasinya (apakah peta tersebut untuk
tingkat lingkungan Kejar, RT, RW, Desa, Kecamatan, Kabupaten).
5) Buatlah
simbol-simbol untuk menggambarkan informasi yang ada di atas peta.
6) Diskusilah
bagaimana cara memanfaatkan dan menggunakan peta tersebut atau cara memperbaiki
situasi yang ada di lingkungan sekitar warga belajar.
Langkah-langkah Kegiatan
1) Tutor
dapat menanyakan potensi yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup warga
belajar dan menempatkan gambar/simbol atau menuliskan namanya langsung di peta.
Jenis pertanyaan yang digunakan, misalnya:
a. Di
mana Bapak/Ibu bekerja?
b. Di
mana rumah Bapak/Ibu?
c. Di
mana Bapak/Ibu menjual hasil produksi?
d. Ada
berapa warung di desa Bapak/Ibu?
e. Di
mana Bapak/Ibu membeli pupuk?
f. Di
mana letak sawah, pekarangan, tegalan yang Bapak/Ibu miliki?
2) Tanyakan
mengenai keadaan geografis desa, misalnya:
a. Di
mana letak sungai?
b. Di
mana letak sawah?
c. Di
mana tegalan?
d. Di
mana jalan?
Dalam
praktik pembuatan peta, semua pertanyaan tersebut tidak harus disampaikan, akan
tetapi dikondisikan agar warga belajar dapat menyebutkan hal-hal yang
berhubungan dengan situasi, kondisi, masalah, kebutuhan, dan potensi yang ada
disekitarnya. Sedangkan untuk menentukan simbol-simbol tersebut perlu ada
kesepakatan dengan warga belajar.
Kegiatan
Belajar-Mengajar
Topik
Diskusi
Topik diskusi yang
dapat dikembangkan dari penggunaan peta, misalnya:
1) Diskusi
mengenai pemanfaatan lahan pekarangan.
Contoh:
a. Dimanfaatkan
untuk apa lahan yang Bapak/Ibu miliki?
b. Bagaimana
sebaiknya memanfaatkan lahan perkarangan tersebut?
2) Diskusi
mengenai pengolahan hasil produksi.
Contoh:
a. Bagaimana
meningkatkan harga jual hasil produksi Bapak/Ibu?
b. Apa
masalah yang dihadapi dalam mengolah hasil produksi Bapak/Ibu?
3) Diskusi
tentang pemasaran hasil produksi.
Contoh:
a. Di
mana Bapak/Ibu menjual hasil produksi?
b. Apa
masalah yang dihadapi dalam pemasaran?
Topik Berhitung
1) Menghitung
jumlah rumah.
2) Menghitung
jumlah warung.
3) Menghitung
hasil produksi.
4) Menghitung
harga pembelian pupuk dan sebagainya.
Topik Aksi
Setelah
warga belajar berdiskusi tentang masalah yang dihadapi dan menemukan jalan
keluarnya, ajaklah warga belajar untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari
atau mengambil salah satu dari bahan diskusi tersebut di atas.
Misalnya:
Bagaimana “Membuat Keripik Singkong” atau warga belajar bekerja bakti untuk
membersihkan selokan yang menjadi sarang nyamuk.
Topik Menulis
Warga
belajar menulis pengalaman atau permasalahan tentang:
1) Pekerjaan,
2) Pengolahan
sawah/pekarangan,
3) Penyakit
yang diderita oleh anggota keluarga, dan
4) Menjual
hasil keterampilan.
Apabila
warga belajar ada yang buta huruf murni, maka warga belajar tersebut diminta
untuk menulis kata-kata yang sederhana.
Topik Membaca
Hasil
tulisan dari masing-masing warga belajar ditukar satu sama lain, kemudian warga
belajar membaca hasil tulisan temannya.
Melalui
cara-cara tersebut akan menimbulkan motivasi bagi warga belajar, karena tulisan
mereka dapat dibaca sendiri dan dapat dibaca pula oleh teman yang lain.
Kemudian, bisa saja tutor mengambil salah satu hasil tulisan warga belajar untuk
dibacakan secara bersama-sama dengan dipandu oleh tutor atau oleh warga belajar
yang sudah lancer membaca.
2.
Strategi Pembelajaran
Membaca
1) Prinsip-prinsip
Membaca
Biasanya
warga belajar sudah mempunyai kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf atau
kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mereka belum
mengerti betul bahwa kata-kata tersebut terdiri dari beberapa suku kata atau
huruf.
Misalnya:
a. Nama
sendiri, anak-anaknya, anggota keluarga, dan lainnya.
b. Alamat/tempat
tinggal di desa/kampong, kecamatan, kabupaten.
Kemampuan
mengucapkan dan menghafal kata-kata, biasanya tidak selalu beriringan dengan
kemampuan membacanya. Ajarkanlah keterampilan membaca sesuai dengan kebutuhan
warga belajar dengan bahan bacaan yang sederhana.
Keterampilan
membaca perlu selalu diajarkan bersamaan dengan kegiatan fungsional warga
belajar. Misalnya, tentang:
a. Cita-cita/keinginan
anaknya.
b. Resep:
Masakan Membaca
dan membuat
Pengobatan Membaca dan membuat
c. Membuat
kamus sederhana.
Pergunakan
alat-alat/sarana yang ada dan dimiliki warga belajar sebagai alat bantu
belajar. Pergunakan selalu media belajar yang ada seperti Radio dan TV sehingga
bisa dijadikan bahan belajar pendukung.
2) Cara
Memilih Bahan Bacaan
a.
Sumber bahan
bacaan
Berikan
bahan bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan, serta yang biasa digunakan
warga belajar dalam kehidupan sehari-harinya. Sumber bahan bacaan dapat
diperoleh dari:
a) Lembaga/Instansi/Perorangan
(1)
Taman Bacaan Masyarakat (TBM)/perpustakaan,
(2)
Perorangan,
(3)
Instansi/kantor, balai desa, organisasi, lembaga
kursus.
b) Bentuk
bahan bacaan, dapat berupa: buku, Koran, majalah, leaflet, iklan, poster, dan
formulir.
c) Narasumber
dapat diperoleh dengan cara:
(1) Mewawancarai
seseorang mengenai pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya,
(2) Meminta
tulisan mengenai pengetahuan atau keterampilan yang dimiliinya.
d) Tutor
atau warga belajar dapat membuat sendiri bahan bacaan keaksaraan. Hal yang
harus diperhatikan di antaranya:
(1) Gunakanlah
kata-kata yang sudah dikenal oleh warga belajar,
(2) Gunakanlah
kalimat-kalimat pendek dan sederhana,
(3) Sertakan
juga gambar sederhana yang sesuai dengan kehidupan warga belajar, bentuknya
dapat berupa simbol atau lambing yang mudah dikenal, lembaran bergambar,
guntingan Koran/majalah.
e) Warga
belajar dapat menghasilkan bahan bacaan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya sendiri.
b.
Memilih bahan
bacaan
Hal
yang harus diperhatikan untuk warga belajar pemula, di antaranya:
a) Isi
bacaan harus yang mudah dipahami oleh warga belajar,
b) Menggunakan
banyak gambar daripada tulisan,
c) Ukuran
dan bentuk bahan bacaan mudah digunakan warga belajar,
d) Bentuk
dan ukuran huruf sesuai dengan kemampuan warga belajar.
c.
Menyederhanakan
bahan bacaan
Jika
isi kalimat, istilah, dan gambar yang terdapat dalam bahan bacaan tidak sesuai
dengan tingkat keaksaraan warga belajar, seorang tutor perlu menyederhanakannya
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Buatlah
rangkuman yang berisi butir-butir penting dari isi bacaan,
b) Bacakanlah
dan jelaskanlah isi rangkuman tersebut,
c) Mintalah
warga belajar mengungkapkan pokok-pokok isi bahan bacaan menurut bahasanya
sendiri,
d) Pilihlah
kata-kata kunci/kata yang dianggap paling penting,
e) Mintalah
warga belajar untuk menulis kalimat pendek dengan struktur sederhana.
3) Cara
Membantu Warga Belajar Buta Huruf Murni melalui Pendekatan Pengalaman Berbahasa
(PPB)
Dalam
satu kelompok belajar, biasanya ada sebagian warga belajar yang benar-benar
buta huruf murni. Mereka dulu tidak berkesempatan untuk sekolah, atau mungkin
DO SD kelas I. Kemudian, mereka tidak pernah menggunakan kemampuan baca, tulis,
dan hitungnya dalam waktu yang cukup lama sehingga mereka buta aksara kembali.
Untuk membantu warga belajar buta huruf murni tersebut, tutor dapat
membelajarkan mereka melalui teknik Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB).
4) Cara
Membantu Warga Belajar Membaca
a.
Kegiatan
Pembelajaran
a) Mulailah
dengan informasi yang berasal dari warga belajar yang sudah mempunyai kemampuan
mengenal huruf dan kata.
b) Biasakan
menggunakan kata-kata yang sudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari warga
belajar, seperti:
(1) Nama
sendiri, anak-anaknya, anggota keluarga, dan lainnya.
(2) Alamat/tempat
tinggal di desa/kampong, kecamatan, kabupaten.
b.
Langkah-langkah
Pembelajaran
Mulailah
selalu mendiskusikan ide secara lengkap, kemudian membelajarkan dan mengenalkan
warga belajar dimulai dari satu kalimat, kata, dan huruf.
c.
Mengingat
huruf
Meminta
warga belajar membawa benda atau kata, dan mencari huruf pertama yang sesuai
untuk nama benda/kata tersebut pada Poster Abjad.
d.
Belajar Kata
(Bahasa Indonesia/Bahasa Ibu)
Membantu
warga belajar membuat kamus sendiri untuk menulis kata-kata baru, tutor
mengarahkan dan memastikan apakah warga belajar dapat menemukan kata yang
sejenis? Selanjutnya, warga belajar dapat membuka dan melihatnya di kamus
pribadinya.
e.
Membaca
Lancar
Menggunakan
berbagai variasi untuk membaca bersama-sama:
a) Tutor
membaca, sedangkan warga belajar mengikuti dan menirukan.
b) Satu-satu:
masing-masing warga belajar membaca satu kalimat.
c) Bersama:
semua warga belajar membaca bersama-sama.
f.
Menjelaskan/Mengartikan
gambar/informasi pada warga belajar
a) Memperlihatkan
gambar dan mendiskusikan isi/informasinya.
b) Pada
saat membaca teks, berhenti sebentar untuk mendiskusikan artinya dengan warga
belajar.
c) Setelah
membaca mintalah warga belajar membuat kesimpulan tentang informasi dimaksud
dengan kata-katanya sendiri.
d) Setelah
membaca, mintalah warga belajar untuk menulis tanggapan/respon tentang isi
informasi tersebut.
g.
Mencari Bahan
Bacaan
Pergi
bersama-sama dengan warga belajar ke Taman Bacaan Masyarakat/perpustakaan untuk
meminjam bahan bacaan. Mintalah warga belajar untuk mencari bahan bacaan dari
instansi dan tempat lain yang menyediakan bahan bacaan.
h.
Membuat
Catatan
Selanjutnya,
warga belajar menyalin atau membuat catatan mengenai isi bahan bacaan yang
dibacanya.
3.
Strategi
Pembelajaran Menulis
1) Kegiatan
Pembelajaran untuk Merangsang Diskusi
a. Bawalah
sesuatu benda ke pertemuan di kelompok belajar, kemudian mintalah warga belajar
mengemukakan pendapat tentang benda yang tutor tunjukkan.
b. Tanyakanlah
pada warga belajar tentang situasi masyarakat di lingkungan mereka pada saat
itu, bantulah mereka membuat jadwal (waktu kejadian) tentang sejarah, masalah
atau peta, dan jelaskanlah lokasi masalah serta sumber pemecahannya.
c. Bacakanlah
setengah bagian dari suatu cerita yang sudah dikenal warga belajar lalu
mintalah mereka untuk menerka kemungkinan akhir cerita tersebut.
d. Tunjukkanlah
sebuah gambar yang mengandung masalah dan mintalah pendapat warga belajar
tentang hubungan gambar tersebut dengan kehidupan sehari-hari yang dialami
warga belajar.
e. Mintalah
warga belajar untuk bermain peran atau simulasi dan diskusi, serta menanyakan
hasil dari simulasi dan diskusi tersebut.
2) Membentuk
Kelompok Menulis
Proses
menulis akan lebih mudah warga belajar bekerja sama dan saling membantu dengan
yang lain. Bila mereka menulis dalam kelompok kecil atau dengan berpasangan (partner), tugas seorang tutor adalah
memonitor dan membantu warga belajar satu per satu.
3) Tutor
Melatih Warga Belajar yang Mampu
Dalam
kegiatan ini tutor melatih terlebih dahulu warga belajar dalam satu kelompok
yang dianggap mampu/memiliki kemampuan calistung lebih tinggi dibandingkan
dengan warga belajar lainnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperingan
kerja tutor dalam membimbing seluruh warga belajar. Melalui cara ini warga
belajar yang sudah dilatih tersebut diharapkan membantu warga belajar lainnya
yang masih dalam taraf permulaan belajar.
4) Prinsip-prinsip
Membantu Warga Belajar Menulis
a. Menggunakan
bahan-bahan, peristiwa atau kejadian, dan permasalahan yang berasal dari
masyarakat setempat.
b. Memiliki
berbagai pilihan gambar yang ditampilkan, dalam mengemukakan masalah yang
dihadapi warga belajar, selanjutnya meminta mereka mencari pemecahannya.
c. Memberi
kesempatan kepada warga belajar untuk berpikir sendiri.
d. Bantulah
warga belajar agar percaya diri dan merasa senang bahwa mereka dapat menulis.
e. Gunakan
bahasa daerah setempat (lokal).
5) Cara
Menggunakan Hasil Tulisan Warga Belajar
a. Praktik
membaca hasil tulisan warga belajar
a) Analisislah
hasil tulisan warga belajar dan pilihlah beberapa contoh untuk digunakan dalam
praktik membaca. (bisa menggunakan hektograf atau fotokopi untuk memperbanyak
hasil tulisan).
b) Warga
belajar diminta untuk saling berpasangan, warga belajar membaca dan
mendiskusikan hasil tulisan yang dipilih oleh tutor.
c) Warga
belajar diminta untuk memberi tanggapan tentang hasil tulisan tersebut.
d) Warga
belajar mendiskusikan dan menuliskan informasi lebih banyak mengenai topik yang
didiskusikan.
b. Memperbaiki
hasil tulisan
a) Guna
membantu memperbaiki hasil tulisannya, analisislah hasil tulisan dan
identifikasilah kesalahan yang dibuat
warga belajar.
b) Mintalah
warga belajar mencoba mencari kesalahan sendiri dan memperbaikinya.
c) Cara
menyunting: bantulah warga belajar menulis kalimat yang benar melalui proses
membetulkan ejaan, suku-kata, kata, kalimat, dan tata bahasa.
d) Warga
belajar menulis kata atau kalimat dengan bahasa mereka sendiri.
e) Bimbing
dan bantulah secara bertahap satu per satu dengan menggunakan pertanyaan.
c. Prinsip-prinsip
memperbaiki hasil tulisan
a) Tujuan
tulisan warga belajar adalah pada hasil akhir dan harus mempunyai arti yang
jelas.
b) Tutor
tidak perlu khawatir apabila ejaan dan tata bahasanya belum benar. Tutor dapat
membantu warga belajar memperbaikinya secara perlahan-lahan.
c) Pilih
satu atau dua keterampilan menulis yang dianggap paling penting bagi warga
belajar.
6) Menerbitkan
Hasil Tulisan Warga Belajar
a. Cara
penerbitan
a) Salinan
tangan.
b) Warga
belajar menulis salinan/tambahan dengan tangan, bukan diketik atau difotokopi.
c) Percetakan
setempat atau fotokopi.
d) Warga
belajar dapat membuat satu tulisan lalu dicetak atau difotokopi beberapa
lembar.
b. Bentuk
dan jenis penerbitan
a) Koran
Dinding atau Papan Berita: berisi informasi, pemberitahuan, pengumuman, kliping
berita, artikel yang ditulis warga belajar/tutor.
b) Laporan
Berkala: dicetak 1 atau 2 halaman berisi berita, informasi cerita.
c) Brosur:
terdiri dari beberapa halaman lepas.
d) Selebaran:
dapat berupa lembar lipat (leaflet),
yang berisi gambar dan informasi yang dapat dibaca warga belajar.
e) Poster:
terdiri atas gambar dan informasi yang dibuat pada kertas lebar.
f) Buku
Catatan: warga belajar membuat catatan kegiatan sehari-hari.
g) Catatan
Harian: berisi mengenai tulisan warga belajar yang berisi jadwal kegiatan
sehari-hari.
c. Prinsip-prinsip
menerbitkan hasil tulisan
a) Warga
belajar sebenarnya mampu membuat penerbitan sederhana, jika mempunyai
kesempatan mengikkuti langkah-langkah proses menulis.
b) Penerbitan
akan lebih mendorong warga belajar untuk membaca dan menulis.
c) Penerbitan
adalah salah satu cara untuk membuat dokumen, sejarah suatu tempat/daerah,
pengetahuan, cerita, dan dapat memberikan informasi pada orang lain.
7) Merangsang
Warga Belajar Menganalisis Situasi
Dalam
kegiatan ini, seorang tutor perlu memberikan motivasi pada warga belajar agar
dapat menganalisis dan memperbaiki situasi kehidupan sehari-hari berdasarkan
hasil tulisan atau hasil belajar mereka. Warga belajar dapat melakukan
kegiatan, seperti membuat sebuah cerita, riwayat hidup, selebaran informasi,
surat laporan, artikel, dll. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, biasanya
warga belajar memerlukan waktu beberapa minggu untuk menulis dan memperbaiki
hasil tulisannya, sehingga dapat menyampaikan informasi/pesan dengan jelas dan
mudah dimengerti oleh orang lain
4.
Strategi
Pembelajaran Berhitung
Pada
pelajaran berhitung, biasanya sedikit mengalami kesulitan, karena warga belajar
sudah mampu mengenal/menghitung nilai nominal uang, jumlah ternak yang dimiliki,
jumlah anak, dll. Akan tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa warga belajar juga
belum mampu menuliskan secara benar tentang penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perbandingan. Tutor perlu membantu membelajarkan berhitung yang
sudah biasa dikenal dan digunakan warga belajar dalam kehidupannya sehari-hari.
1)
Mengamati Kegiatan Berhitung
Pada saat kegiatan belajar berhitung,
tutor perlu mengamati kegiatan berhitung yang ada pada masyarakat. Selain itu,
tutor perlu mengamati cara belajar keterampilan berhitung yang digunakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Prinsip-prinsip Berhitung
a)
Warga belajar sudah mempunyai kemampuan/potensi
menghitung yang dapat digunakan sehari-hari, seperti:
(1)
Jumlah anak,
(2)
Jumlah ternak peliharaan,
(3)
Penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan
perkalian sederhana.
b)
Kemampuan berhitung biasanya lebih baik dari
pada kemampuan menulisnya.
c)
Ajarkanlah keterampilan berhitung yang
dibutuhkan warga belajar.
d)
Gunakan dan manfaatkanlah alat-alat yang berasal
dari kehidupan warga belajar.
e)
Ajarkanlah keterampilan berhitung bersama-sama
dengan kegiatan fungsional.
(1)
Jarak,
(2)
Pertumbuhan anak, dll.
f)
Gunakanlah alat-alat yang dapat dikerjakan
sendiri oleh warga belajar, seperti lidi, batu, daun, dll.
g)
Bagaimana mengajar berhitung untuk program
Keasaraan Fungsional.
(1)
Mengetahui kebutuhan berhitung warga belajar.
(2)
Melaksanakan survei matematika sesuai dengan
kebutuhan warga belajar.
(3)
Mengumpulkan dan menggunakan alat local sebagai
alat bantu berhitung.
(4)
Menerapkan kegunaan berhitung dalam kehidupan
warga belajar sehari-hari.
5.
Strategi
Pembelajaran Aksi/Keterampilan
Belajar
aksi fungsional/keterampilan adalah cara membelajarkan warga belajar untuk ikut
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, seperti kegiatan praktik,
kunjungan lapangan, membuat jaringan kerja, membuat rencana, membuat proposal
dana belajar, menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut
dijelaskan beberapa contoh yang berkaitan dengan belajar aksi fungsional
tersebut.
1) Membuat
Jaringan Kerja
Untuk
menunjang keberhasilan program dan penerapan hasil belajar, warga belajar dan
tutor perlu membuat jaringan kerja dengan instansi lain. Tujuannya adalah untuk
membelajarkan warga belajar dalam memfungsikan keaksaraannya, dan memanfaatkan
kesediaan instansi-instansi tersebut agar bersedia membantu kegiatan belajar di
kelompok, dan untuk mencari informasi atau bantuan untuk memecahkan
masalah-masalah yang ditemui warga belajar dengan cara:
a. Mencari
dan Mengumpulkan Bahan Bacaan
a) Tutor
dan warga belajar mengunjungi Instansi/kantor atau sumber lain yang dapat
membantu Kejar dalam mencari dan mengumpulkan bahan bacaan.
b) Menggali
atau mewawancarai narasumber yang dianggap memiliki pengetahuan dan
keterampilan tertentu.
b. Bentuk
Kerja Sama dengan Instansi, Kantor, Organisasi atau Perorangan.
a) Penyediaan
bahan belajar,
b) Penyediaan
tenaga dan dana belajar,
c) Perlengapan
belajar,
d) Identifikasi
dan memotivasi warga belajar,
e) Pembentukan
dan pembinaan Kejar.
c. Kegiatan
yang dilakukan:
a) Tutor
dan warga belajar mengunjungi sendiri instansi tersebut.
b) Tutor
bersama warga belajar mengunjungi instansi, kantor, organisasi, dan perorangan.
c) Petugas
datang ke kelompok belajar.
Pengelola, pamong
belajar, dan Penilik/TLD hanya bertugas membantu memberi rekomendasi atau
memfasilitasi kegiatan tersebut.
2) Keterampilan
Fungsional
Kegiatan
di kelompok belajar akan lebih menggairahkan jika disertai dengan keterampilan fungsional yang
bermanfaat bagi peningkatan taraf hidup warga belajar. Warga belajar tidak
hanya belajar baca, tulis, dan hitung (calistung) saja, tetapi perlu
diintegrasikan dengan kegiatan keterampilan fungsional, seperti membuat kue,
menjahit, membuat anyaman, menanam sayuran. Kegiatan keterampilan fungsional
sangat penting dilakukan sebagai wahana mempraktikkan hasil belajar mereka.
3) Membuat
Proposal Dana Belajar
Tujuan
membuat proposal dana belajar adalah membantu warga belajar membuat suatu
rencana untuk memperoleh dana belajar sebagai penunjang kegiatan di kelompok belajar.
Tutor dapat membimbing warga belajar dengan cara:
a. Meminta
warga belajar membantu membuat rencana kegiatan yang harus diselenggarakan,
b. Membantu
warga belajar memikirkan bagaimana cara menggunakan dana secara efektif dan
efisien,
c. Membantu
warga belajar memikirkan bagaimana cara mendapatkan dana baik dari Dikmas
maupun dari instansi lain,
d. Agar
warga belajar lebih berpartisipasi dalam kegiatan di kelompok belajar,
e. Agar
warga belajar dapat memberikan kontribusi lebih besar di kelompok belajar.
4) Proses
Membuat Rencana untuk Memperoleh Dana Belajar
Program
Keaksaraan Fungsional menyediakan dana belajar, untuk membantu warga belajar
meningkatkan penhasilan dan memotivasi mereka untuk terus belajar. Sambil
belajar menulis, membaca, dan berhitung sekaligus belajar keterampilan untuk
memperbaiki mutu dan taraf kehidupannya. Besarnya dana belajar sesuai dana yang
tersedia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
penjelasan pada pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat dipaparkan pada
makalah ini adalah bahwa Program Keaksaraan Fungsional pada dasarnya merupakan
suatu pengembangan dari program keaksaraan sebelumnya.
Program
Keaksaraan Fungsional pada dasarnya memiliki tujuan, yaitu:
1.
Meningkatkan keterampilan membaca,
menulis, berhitung, dan juga keterampilan berbicara, berpikir, mendengar, dan
berbuat.
2.
Memecahkan masalah kehidupan warga
belajar melalui kebiasaannya dalam membaca, menulis, berhitung, dan berbuat.
3.
Meningkatkan keberanian warga
masyarakat untuk berhubungan dengan lembaga yang berkaitan dengan kebutuhan
belajarnya.
4.
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap pembaharuan agar dapat berpartisipasi dalam perubahan sosial, ekonomi
dan kebudayaan di masyarakat.
5.
Meningkatkan kesejahteraan keluarga
melalui keterampilan dan kebudayaan di masyarakat.
B.
SARAN
Sebenarnya sangat banyak
program-program untuk memberantas buta aksara. Namun, karena kurangnya
fasilitator sebagai penyalur kepada warga belajar dalam masyarakat menyebabkan
program-program tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Ini juga
disebabkan karena kurangnya informasi-informasi penting yang tidak sampai pada
masyarakat.
Untuk itu, sangat diperlukan cara
penyampaian informasi yang khusus, sehingga masyarakat tidak kekurangan
informasi-informasi yang penting dalam memberantas buta aksara di daerahnya.
Siapa saja bisa menjadi fasilitator, apabila orang tersebut memang mempunyai
kemampuan dan keterampilan khusus dalam menjalankan program-program
pemberantasan buta aksara dalam lingkungan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar