A. ANALISA
KEKUATAN MEDAN
Model analisis kekuatan medan ini
dikembangkan oleh Miller (1967). Model ini menggabungkan dua teori besar dalam
psikologi, yaitu teori medan dan teori hierarki kebutuhan. Teori medan pertama
kali dipelopori oleh Lewin (1951), sedangkan teori hierarki kebutuhan
dipelopori oleh Maslow (1954). Untuk memahami teori analisis kekuatan medan,
terutama diperlukan pemahaman kedua teori ini.
Teori medan yang dikembangkan Miller menjelaskan
bahwa kelas sosial menunjukkan tingkat pemenuhan kebutuhan. Menurut teori
hierarki kebutuhan Maslow, maka tingkatan motivasi belajar masyarakat yang
menentukan tingkat peran serta akan bergerak menurut kelas ekonomi yang
dimiliki oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Maslow, orang tidak dapat tertarik
atau memperdulikan kebutuhan lebih tinggi kecuali kebutuhan pada tingkat
bawahnya sudah terpuaskan. Oleh karena sifatnya bertingkat dan kaku ini, maka
teori yang dikembangkan oleh Maslow ini disebut teori hierarki kebutuhan.
Dalam pendidikan masyarakat dapat
diramalkan, bahwa anggota masyarakat berkelas sosial ekonomi rendah akan
tertarik pada program-program belajar yang bersifat dasariah. Sebaliknya, warga
masyarakat dengan kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi akan mencari program
belajar yang menuju prestasi dan perwujudan diri.
Secara teoritik,model ini mampu
menjelaskan siapa yang butuh akan bahan belajar dalam pendidikan masyarakat.
Pendidikan dasar, program belajar kejuruan dan sejenisnya akan menjadi
kebutuhan bagi kelompok masyarakat berstatus sosial ekonomi rendah.
B.
MODEL VALENSI HARAPAN
Valensi
harapan ini dikembangkan oleh Robinson, seorang pendidik berkebangsaan Swedia.
Model paradigma valensi harapan bertolak dari psikologi mengenai motivasi
sebagaimana dikaji oleh Lewin Folmen MC Celland dan Atkinson. Para pakar
psikologi ini menjelaskan bahwa tingkah laku manusia terjadi dalam batas
interaksi individu dengan lingkungannya. Kuatnya hasil yang merupakan hasil
motivasi individu ditentukan oleh pengkombinasian antara kekuatan negative
dengan kekuatan positif yang ada dalam diri individu dan lingkungannya.
Bagian harapan dari rumusan Robinson
ini terdiri dari dua komponen, yaitu
1.
Harapan dari pribadi untuk berhasil dalam kegiatan pendidikan,
2.
Harapan akan dampak lanjut dari keberhasilannya dalam kegiatan pendidikan
tersebut.
Hubungan antara keduanya bersifat saling
menggandakan (multi playing). Bila
salah satu harapan bernilai kosong, maka hasilnya pun kosong. Dengan demikian,
meskipun individu memiliki harapan berhasil dalam pendidikan tinggi, kalau
tidak diiringi dengan harapan untuk mendapatkan manfaat sebagai akibat dari
keberhasilan dalam pendidikan, maka motivasinya pun akan tiada sama sekali.
Sebaliknya, bila individu memiliki harapan untuk mendapatkan manfaat sebagai
hasil belajar, tetapi tanpa diimbangi dengan harapan berhasil dalam pendidikan,
maka motivasinya akan tiada sama sekali.
C.
MODEL KESELARASAN
Pengembang
model keselarasan ini adalah Roger Bosshier (1973). Seperti halnya Robinson dan
Miller, Bosshier meyakini bahwa motivasi untuk belajar merupakan fungsi
interaksi antara faktor psikologik internal dengan variabel eksternal
lingkungan atau sekurang-kurangnya persepsi partisipan dan penafsiran akan
faktor lingkungan. Bosshier meneliti para peserta drop out dan orang yang tidak berpartisipasi dalam suatu kursus,
kesimpulan teoritik adalah baik partisipasi pada pendidikan masyarakat maupun
yang drop out dapat dipahami
terjadinya suatu fungsi besarnya kesenjangan antara konsep diri partisipan
dengan aspek kunci (pada sebagian orang) dalam lingkungan kependidikan.
Orang-orang yang tidak berpartisipasi mewujudkan ketidakselarasannya (diri
maupun lembaga) dan tentu tidak akan masuk dalam kegiatan. Semakin besar
ketidaksesuaian/keselarasan tersebut akan diikuti dengan semakin besarnya angka
drop out dan jumlah yang tidak
berpartisipasi. Untuk menyederhanakan, bila seorang individu merasa tidak enak
dengan dirinya sendiri, gurunya, teman belajarnya ataupun lingkungan
kependidikan, maka jelas ia memiliki potensi untuk drop out. Rendahnya partisipasi dari kalangan rendah diakibatkan
oleh ketidakselarasannya antara kehidupannya dengan lingkungan pendidikan yang
utamanya banyak dari kalangan kelas sosial menengah.
Simpulan
teoritiknya adalah bahwa partisipasi pada pendidikan masyarakat maupun drop out dapat dipahami sebagai suatu
fungsi besar kesenjangan antara konsep diri partisipan dengan aspek-aspek kunci
pada sebagian besar orang dalam lingkungan kependidikan. Teori Bosshier ini
menyarankan bahwa pemilihan yang sempurna akan lingkungan kependidikan bagi
orang dewasa sangat penting. Lingkungan perlu diciptakan sedemikian rupa,
misalnya tutor yang mampu memberikan perhatian kepada warga belajar, sehingga
akan tercipta keselarasan antara tutuor dengan warga belajar.
D.
ANTICIPATED BENEFITS
Model
ini dikemukakan oleh Allen Tough (1979), yang menyatakan bahwa belajar orang
dewasa lebih mengarah pada self directing
learning. Hal tersebut menunjukkan suatu keyakinan bahwa orang dewasa tidak
hanya mengarahkan dirinya dalam belajar, melainkan juga memahami mengapa mereka
berharap melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa hadir dalam suatu kegiatan
belajar karena mereka mendapatkan gambaran ada keuntungan yang diperolehnya
untuk masa yang akan datang melalui kegiatan belajar tersebut. Dengan demikian
mereka melakukan analisis keuntungan (benefits
analisis) yang mungkin diperolehnya dalam mengikuti kegiatan belajar.
Model ini terdiri dari lima tahap dimana
keuntungan diperkirakan bergerak secara umum melalui:
1. menyibukkan
dalam kegiatan belajar,
2. mendapatkan
pengetahuan atau keterampilan,
3. menerapkan
pengetahuan tersebut,
4. mendapatkan
suatu ganjaran material,
5. mendapatkan
ganjaran simbolik seperti kredit dan ijazah.
Pada
setiap tahap keuntungan yang diharapkan dapat dikelompokkan ke dalam tiga cluster perasaan pribadi, yakni:
1. Kenyamanan
(kegembiraan, kepuasan, kesenangan atau perasaan enak),
2. Harga
diri (percaya diri dan memelihara citra dirinya),
3. Semakin
tingginya penghargaan pada dirinya, kesenangan pada dirinya.
E.
MODEL CHAIN OF RESPONSE
Model
ini mengasumsikan bahwa peran serta dalam kegiatan belajar, apakah dalam suatu
kelas yang terorganisasi ataupun tidak, bukanlah merupakan tindakan yang
tunggal, melainkan merupakan suatu hasil dari respon/tanggapan masing-masing
didasarkan pada suatu penilaian akan suatu kedudukan individu dalam
lingkungannya.
Orang dewasa mengikuti kegiatan belajar
termotivasi adanya respon dan warga belajar yang lebih dahulu mengikuti kegiatan
belajar, dan menilai kegiatan belajar bermanfaat bagi dirinya dan hal itu
menimbulkan respon pula bagi teman-temannya. Kemudian drop out atau tidaknya orang dewasa dalam mengikuti kegiatan
belajar dipengaruhi oleh dukungan material dan mental dari orang-orang terdekat
mereka, seperti suami, teman, saudara dan tetangga mereka.
AYOO SERBUU GAN MUMPUNG GRATIS DAN MURAH
BalasHapusADU BANTENG, Sabung Ayam, Sportbook, Poker, CEME, CAPSA, DOMINO, Casino
Modal 20 rb, hasilkan jutaan rupiah
Bonus 10% All Games Bolavada || Bonus Cashback 10% All Games Bolavada, Kecuali Poker ||
FREEBET AND FREECHIP 2017 FOR ALL NEW MEMBER !!! Registrasi Sekarang dan Rasakan Sensasi nya!!! ONLY ON : BOLAVADA(dot)com
BBM : D89CC515
sabung ayam
agen terpercaya
bandar judi