A. HAKEKAT
MANUSIA
Hakekat
manusia pada dasarnya dapat dibagi kepada berbagai pandangan.
1.
Pandangan Islam
Islam
memandang hakikat manusia bukan berdasarkan pandangan pribadi atau individu
orang yang memandang, akan tetapi pandangan yang didasarkan atas ayat-ayat
Tuhan yang terkandung di dalam Al-qur’an atau pandangan yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad saw. Atas dasar pandangan tersebut, hakikat manusia dalam Islam
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Manusia
Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan/Allah
Tuhan sebagai pencipta
disebut Khalik, dan selain dari Tuhan dinamakan Makhluk. Idealnya setiap
makhluk harus patuh bertingkahlaku sesuai dengan aturan yang ditetapkan
penciptanya. Contoh, kalau seorang insyinyur membuat sebuah roda, maka tugas
atau “tingkah laku” roda itu adalah untuk berputar sesuai dengan ketentuanyang
dikehendaki oleh insyinyur tersebut. Bila roda tersebut tidak dapat berputar
sesuai dengan ketentuan insyinyur, roda yang semacam itu disebut cacat atau
rusak.
Begitu pula dengan
kondisinya manusia sebagai makhluk Tuhan, jika ia tidak mau patuh kepada
khaliknya berarti manusia yang demikian telah rusak. Dalam kenyataan yang
ditemui, ada manusia yang baik/patuh, dan ada yang ingkar kepada khalik (Q.S
95:5). Tuhan mau mengangkat posisi atau derajat manusia, tetapi sebahagian
manusia yang ingkar disebabkan oleh kebodohan dan atau kesombongannya, krena
tidak bersedia untuk memahami aturan Tuhan.
b. Manusia
Sebagai Khalik (“Manager”)
Tuhan Maha Pengasih dan
Penyayang mau memposisikan manusiapada tempat yang tinggi dari segala
makhluknya yaitu sebagai khalifah (manager) untuk mengatur alam ini,
berdasarkan aturan raya (universe) diciptakan/dikendalikan langsung oleh Tuhan
yang mempunyai nama/sifat yang maha baik yaitu Asma’ul
Husna. Semua sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kondisi yang tidak terbatas
(unlimited). Contoh, Tuhan ada Tuhan mendengar, keberadaan dan pendengaran
Tuhan sifatnya tidak terbatas. Adanya Tuhan sepanjang masa (kekal) dan ia tak
mampu mendengar apa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Untuk melaksanakan
fungsi kekhalifahan itu manusia dianugerahi oleh Tuhan sebagian dari
sifat-sifat-Nya, namun sedikit manusia yang bersyukur kepada-Nya itu (Q.S.
32:9). Tuhan sebagai pengatur alam (Rabbul alamin), karena ia mempunyai sifat
pengatur/manager. Agar manusia mampu sebagai pengatur dibekali-Nya manusia
dengan jalan memberikan sebagian dari sifat-sifat-Nya.
Sangat penting dipahami
oleh setiap individu manusia bahwa sifat-sifat dimiliki Tuhan yang
dianugerahkan-Nya secara terbatas kepada manusia merupakan potensi dan fitrah
manusia yang perlu ditumbuhkembangkan
melalui proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat. Contoh salah
satu sifat Tuhan yaitu Al Khaliq (Maha Kreatif) begitu juga manusia memiliki
sifat kreatif yang harus ditumbuhkembangkan sesuai dengan norma yang ditentukan
Tuhan dalam aturan-Nya.
Setiap manusia yang
dewasa dan normal disuruh berfikir serta menggunakan daya kreatifitasnya untuk
mengukur potensi dan fitrah manusia yang paling tepat untuk ditumbuhkembangkan
oleh setiap dirinya. Inilah yang disebut dengan bakat.
Akhirnya pandangan
islam terhadap hakikat manusia dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang harus beraktifitas selama hayatnya dalam rangka
menumbuhkembangkan segala potensi yang ada padanya, dan tetap memelihara fitrah
(kesucian dirinya) menurut norma atau aturan yang ditetapkan Tuhan.
2.
Pandangan Ilmuan Barat
Selanjutnya
dalam uraian berikut akan dibahas beberapa pandangan para ilmuwan “Barat”
tentang hakikat manusia.
a. Pandangan
Psiko Analitik
Istilah Psiko Analitik
berasal dari psyche=jiwa, analisis=penguraian atau pemilah-milahan sehingga
terwujud bagian demi bagian. Jadi, psiko analitik adalah suatu aliran dalam
ilmu jiwa yang mencoba menganalisis kejiwaan manusia atas bagian-bagiannya.
Analisis tersebut bukan didasarkan kepada hasil suatu eksperimen, tetapi atas
dasar tinjauan filosofis dan spekulatif (Bigge, 1982:23). Pada tingkat
permulaan dari perkembangan ilmu ini adalah dimulai dari filsafat yang arah
berfikirnya bersifat renungan dan spekulatif, demikian pulalah dasar Psiko
Analitik ini.
Pandangan Psiko
Analitik ini dipelopori oleh Freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia
itu dapat dianalisis sebagai berikut.
1) Id
Id ini adalah suatu
fungsi kepribadian manusia yang peranannya adalah merupakan sumber penggerak
dari tingkah laku manusia. Dalam Id itu tersimpan dorongan-dorongan keinginan
yang tidak disadari.
2) Ego
Ego adalah bagian dari
kepribadian (kejiwaan) manusia yang menjembatani antara dunia luar dengan
individu manusia.
3) Superego
Superego adalah bagian
kepribadian manusia yang mengontrol atau mengawasi setiap dorongan-dorongan
dari Id supaya tersalur menurut nilai-nilai (values), moral, adat, cara
kehidupan sosial yang diakui oleh individu yang bersangkutan.
b. Pandangan
Humanistik
1) Rogers
Menurut Rogers, manusia
adalah makhluk yang terus berubah atau diibaratkan dengan air yang mengalir
yang tanpa hentinya. Manusia itu tidaklah statis, dan tidak kaku, tetapi
sesuatu yang berevolusi sepanjang masa. Manusia itu sanggup mengontrol dan
mengarahkan dirinya, dan dalam batas tertentu dapat menentukan nasibnya
sendiri.
2) Jean
Jacques Rousseau
Patterson
mendeskripsikan, pada dasarnya hakikat manusia itu adalah baik tetapi dirusak
oleh masyarakat atau lembaga.
3) Martin
Buber
Manusia adalah makhluk
yang cerdik, dan tidak pernah merasa puas dan atau aman dengan apa yang telah
dicapainya, demikian juga cenderung melanggar aturan yang telah dibuat.
3.
Pandangan Behavioristik
Istilah
behavioristik berasal dari behavior yang artinya tingkah laku atau perbuatan
manusia. Menurut pandangan kaum behavioristik ini perbuatan, tingkah laku,
perangai manusia itu ditentukan oleh lingkungan dimana dia berada.
Teori
Stimulus Respon, setiap ada stimulus akan dibalas dengan respon sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan saat itu. Dengan demikian terjadilah hubungan antara
stimulus dengan respon (Stimulus Response Connection/Bond).
Classical
Conditioning Theori (teori kondisi/syarat klasik tentang stimulus respons)
bertitik pangkal dari pemenuhan kebutuhan yang diatur secara klasik. Klasik
adalah menunjuk kepada respon yang reaksinya timbul secara reflektif.
B. HAKEKAT
BELAJAR DAN PENDIDIKAN
1.
Konsep Dasar Belajar dan Pendidikan
Pendidikan tidak dapat dilepaskan
dari aturan (norma) yang ada. Belajar, ada yang tidak mengandung norma,
contohnya belajar membunuh, pencuri mengajar temannya agar mampu mencuri, atau
menipu. Karena itu tidak ada istilah pendidikan untuk menipu, atau pendidikan
untuk membuat orang menjadi munafik.
Memang setiap pembelajaran harus
mengandung unsur pendidikan, namun kenyataan yang terjadi tidak seperti itu.
Begitulah realita yang dijumpai dewasa ini. Akibatnya belajar tanpa mengandung
unsur pendidikan/norma, peserta didik akan mempunyai kompetensi dasar atau
kemampuan tertentu, tetapi kemampuan yang dimiliki itu digunakan kepada yang
tiddak sesuai dengan norma yang seharusnya.
2. Kaitan
Hakekat Belajar dan Hakekat Manusia
Belajar adalah suatu proses
perubahan yaitu tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Belajar juga dapat dikatakan sebagai “suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam kehidupannya.
Jika
ditinjau hakekat manusia menurut pandangan islam, maka manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang harus beraktifitas selama hayatnya dalam rangka
menumbuhkembangkan potensi yang dimilikinya dengan tetap memelihara kesucian
diri (fitrah) menurut norma yang ditetapkan oleh Tuhan. Oleh karena itu,
manusia harus mengembangkan potensi yang dimilikinya, maka sangat perlu manusia
tersebut memperoleh pelajaran atau belajar sepanjang hayatnya. Inilah kaitan
antara hakekat belajar dengan hakekat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar